Hot News :

Rahasia"Virgin" Ketika Keperawanan Dipertanyakan

"Virgin" Ketika Keperawanan Dipertanyakan






(Renungan Hari AIDS Sedunia)
imageKebetulan atau bukan, menjelang peringatan Hari AIDS Sedunia, pada 1 Desember, di bioskop di kota-kota besar telah diputar sebuah film yang isinya kontroversial: Virgin-Ketika Keperawanan Dipertanyakan (VKKD). Tema keperawanan memang sering mengundang keingintahuan kalangan remaja. Dalam penyuluhan mewaspadai bahaya AIDS bagi remaja, misalnya, pertanyaan seputar keperawanan lazim muncul. VKKD yang dibuat dengan menargetkan remaja sebagai penontonnya sepintas dari judulnya ingin memenuhi keingintahuan remaja.

Pemutaran awal film yang berdekatan dengan peringatan Hari AIDS bisa memunculkan kesan bahwa ada kaitan antara isi film tersebut dan isi pesan pada peringatan Hari AIDS. Bahaya AIDS memerlukan penjelasan dan contoh konkret agar mudah dipahami masyarakat, khususnya remaja. VKKD sengaja mengesankan diri sebagai contoh buruk pergaulan yang harus dihindari remaja jika tidak ingin terhindar dari AIDS. Dengan strategi ini VKKD mendapat tempat berlindung yang aman jika ada kecaman publik terhadap peredarannya.

Padahal isi filmnya sendiri jauh untuk bisa disebut media pembelajaran bagi keingintahuan remaja. Isinya bukanlah berisi pesan-pesan untuk mewaspadai bahaya AIDS, namun sebaliknya mengampanyekan secara vulgar pergaulan bebas dan hedonisme bagi remaja. Praktis tidak ada ada pesan yang berisi bahaya pergaulan bebas dan hedonisme bagi remaja. Alih-alih memberi pendidikan seks dengan benar, film tersebut mengkomodifikasi tema-tema seks yang biasanya ingin diketahui remaja. Dalam film itu, pertanyaan remaja tentang keperawanan bukan hanya untuk memenuhi rasa ingin tahu, tetapi juga untuk menikmati pengalaman baru dengan mempraktikkan langsung jawabannya. Masalahnya, jawaban yang diperoleh dari film tersebut berupa pengetahuan yang menyesatkan-jawaban yang dibuat adalah untuk mendukung motif mempertanyakan keperawanan, yakni pembenar hasrat menikmati pergaulan bebas. Pesan tersiratnya, untuk bisa menikmati pergaulan saat ini remaja tidak perlu mencemaskan keperawanan. Keperawanan, yang bagi masyarakat kita masih disakralkan, citra, dan maknanya hendak didekonstruksi.



Adsense Indonesia

Di sisi lain, mungkin karena belum beredar luas, belum terdengar reaksi masyarakat terhadap VKKD seperti dalam kasus Buruan Cium Gue (BCG). Dan yang mengherankan, film tersebut berhasil diputar di beberapa kota; berbeda dengan BCG yang akhirnya dihentikan peredarannya sebelum sempat diputar di bioskop. Padahal, dibandingkan BCG, VKKD lebih vulgar mempertontonkan atau mencontohkan pergaulan bebas dan hedonisme bagi remaja. Dalam salah satu adegan diceritakan aktivitas seks komersial yang secara sadar dipilih remaja (putri), sebagai bagian dari menikmati pengalaman mempertanyakan keperawanan.

Alih-alih mengajarkan pendidikan (seks), VKKD mengajarkan praktik seks bebas bagi remaja. Remaja dikenalkan dalam ruang hiperealitas, ruang pemainan citra yang sebetulnya berbeda-bahkan tidak ada-dalam kehidupan nyata. Fantasi dan permainan citra di film dikenalkan untuk memenuhi keingintahuan remaja tentang pengetahuan seks. Baik VKKD maupun BCG memahami betul perilaku remaja yang selanjutnya mengkomodifikasikannya ke dalam ruang hasrat-libido. Keduanya merupakan perpanjangan sekaligus penguat sosialisasi kebebasan gaya hidup atau hedonisme di televisi.

Sebagai tayangan hiburan, VKKD sendiri miskin estetika apalagi pesan pendidikan. Bukan karya bercitra seni jika VKKD lebih mendekati komodifikasi dan eksploitasi kepolosan perilaku remaja. Bukan sebagai ekspresi seni jika VKKD ternyata menghadirkan ruang simulasi seks bagi remaja. Saat yang sama VKKD juga mengabaikan nilai pendidikan. Jika memang dimaksudkan bermuatan pendidikan, tentu pengetahuan seks dalam adegan-adegannya tidak disampaikan secara vulgar dan provokatif, apalagi dengan contoh-contoh yang berlawanan dengan norma di masyarakat. Lewat visualisasi vulgar, VKKD memperlihatkan pamer tato di pinggul, tarian erotis di pesta ulang tahun, dan adegan video casting sabun mandi.




Komodifikasi tubuh yang mengarah kepada fetisisme (pemujaan) tubuh ini bukanlah pendidikan seks, melainkan eksploitasi dan manipulasi obyek seksual remaja. Adegan-adegan tersebut mengajak remaja untuk mengikuti komodifikasi tubuh dalam ruang simulasi hasrat-libido. Atas nama kemajuan, modernisasi, gaya hidup trendi, remaja dinarsiskan. Dalam kondisi seperti ini batasan norma bahkan agama pun dipandang tidak ada. Terhadap nilai atau norma yang disakralkan masyarakat (keperawanan misalnya), VKKD mengajak remaja untuk mengkritisnya.

Selain mengekspresikan fetisisme tubuh, VKKD sarat dengan upaya mendekonstruksi nilai atau norma yang ada di masyarakat. Nilai yang oleh masyarakat masih dianggap amoral, asusila, abnormal didekonstruksi menjadi nilai-nilai baru yang mengekspresikan kebebasan. Yang mempertahankan keperawanan berada pada posisi inferior-konservatif dan tradisional; yang melepas keperawanan, dengan eksperimen dan pengalaman seksnya, berarti mengikuti perkembangan zaman. Lebih dari sebagai hiburan, VKKD mempromosikan kehidupan alternatif atas nilai atau norma yang mapan di tengah masyarakat yang dianggapnya tradisional.

Dengan kenyatan di atas, apa yang bisa dilakukan masyarakat dalam membentengi moral remaja? Berkaca pada beberapa pengalaman sebelumnya, reaksi masyarakat menentang tayangan yang mengeksploitasi tubuh justru memperoleh penentangan balik. Tatkala Aa Gym menggalang dukungan untuk menghentikan peredaran BCG, dia justru diserang balik kalangan yang membela film ini. Kontroversi yang berkembang di publik justru turut melambungkan popularitas film dan menguatkan keingintahuan remaja. Bagaimana dengan VKKD, akankah dicegah dengan pendekatan sebagaiman pada BCG?

Keingintahuan remaja pada tema seks memang normal, sesuai dengan perkembangan psikologinya. Pelarangan melalui gerakan massa, apalagi reaktif, hasilnya bisa kontraproduktif. Ketika VKKD dilarang, remaja justru bisa tertarik untuk menontonnya. Saya belum tahu apakah belum bersuaranya masyarakat-termasuk Aa'Gym yang vokal ketika menentang BCG-karena mengubah strategi pendekatannya. Yang prioritas dalam jangka pendek ini menurut saya adalah membatasi peredaran VKKD. Meski kecolongan karena telah diputar di beberapa kota besar, namun masih lebih banyak lagi remaja di luar kota-kota besar ini yang belum mengetahui VKKD. Agar tidak memunculkan keingintahuan remaja lebih luas, saya setuju jika masyarakat menahan diri (baca: berhati-hati) dalam bereaksi menentang peredaran VKKD. Namun menahan dirinya ini harus disertai membangun jaringan lebih luas dengan pihak-pihak yang seaspirasi untuk menguatkan lobi.

Lobi pertama adalah kepada media massa. Media massa mampu mempublikasikan atau mempopulerkan tayangan sejenis VKKD, meskipun masyarakat menahan diri apalagi jika melakukan tindakan demonstratif. Media mampu membentuk opini yang berkebalikan dengan aspirasi mayoritas masyarakat-seperti pada kasus Aa Gym dan BCG. Untuk itu, yang pertama kali dilakukan adalah menekan media agar tidak mempublikasikannya. Inilah pentingnya jaringan yang kuat agar mampu mempengaruhi media. Kesolidan gerakan moral dari masyarakat dalam melobi dan membentuk opini di masyarakat (terlepas media mendukungnya ataupun tidak) merupakan pekerjaan jangka panjangnya.

Baik VKKD maupun BCG bukanlah kasus terakhir; akan tetap bermunculan film-film sejenis, disebabkan fenomena ini merupakan kelanjutan gaya hidup hedonisme yang masih melanda masyarakat kita. Selagi hedonisme belum berhenti, fetisisme tubuh akan tetap ada. Dan film yang menyajikan pergaulan bebas merupakan media untuk mengekspresikan hasrat-libido para fetisis. (RioL)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih Atas Kunjungan Anda!

Mohon Tidak Mengirimkan SPAM dan sejenisnya

SILAHKAN BERKOMENTAR nanti di Backlink Balik yaaaa............

Salam Santun
(N.A.M)